MASA ADVEN
Konsep dan Makna
Oleh: Yulius Solakhomi Wau, S.Pd.
Kata adven berasal dari kata Latin ‘adventus’ yang berarti kedatangan. Maka masa
adven berarti “masa untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus”. Dalam
tradisi Gereja Katolik, masa adven berlangsung selama 4 minggu,
yakni dari Minggu Adven I sampai dengan Minggu Adven IV.
SEJARAH SINGKAT MASA ADVEN DAN PERKEMBANGANNYA
Dalam bentuk
awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan
masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis
menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan
penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian
diperpanjang menjadi 40 hari.
Pada tahun 380-381, Konsili lokal Saragossa, Spanyol
menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani.
Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada
tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St.
Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari
Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke
Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan
dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa
yang lebih ringan. Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan
perayaan Adven. The Gelasian Sacramentary, yang menurut tradisi
diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496),
adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu.
Praktek adven semakin melembaga sejak abad ke 7, yakni pada saat Paus
Gregorius Agung berkuasa (590-604). Adven ditetapkan berlangsung
selama 4 minggu dan diisi dengan puasa. Sekitar abad kesembilan,
Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja.
TRADISI ADVEN
Pada awalnya tradisi adven sebenarnya tidak berasal dari Gereja
Katolik Roma, tetapi merupakan tradisi Gereja Timur untuk
mempersiapkan Epifani, yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Pada peristiwa
tersebut kanak-kanak Yesus dikunjungi oleh orang majus dari timur. Bagi Gereja
Timur itulah Natal.
Maka mereka merayakannya secara meriah. Tradisi Katolik menghayati masa
adven dengan melakukan ibadat bersama dan puasa.
Selain itu juga mulai diciptakan simbol-simbol yang disebut dengan Korona
Adven (lingkaran Adven). Kebiasaan membuat Korona Adven berasal
dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia.
Korona Adven
berbentuk sebuah lingkaran yang diuntai dengan daun-daun pinus atau cemara dan
diatasnya dipasang empat lilin (tiga lilin berwarna
ungu dan satu lilin berwarna merah); selain itu juga masih diberi asesoris lain
seperti pita berwarna ungu dan merah.
Apa makna dari Korona Adven tersebut? Korona Adven
adalah symbol yang mau menunjukkan pesan-pesan tertentu, yakni:
a)
Korona Adven berbentuk suatu
lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan
akhir. Lingkaran ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa
awal dan akhir. Kita juga diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan
kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan
Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat ikut ambil bagian
dalam kehidupan kekal di kerajaan surga.
b)
Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan
segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui
sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau merupakan symbol pengharapan.
Selain itu juga dipilih daun pinus atau cemara yang
tidak kunjung putus. Warna hijau juga melambangkan Kristus,
Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga
melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke
dunia untuk memberikan kehidupan yang tahan pada bermacam-macam musim. Daun
cemara tidak rontok dan tetap hijau pada musim gugur dan musim dingin. Ungkapan
pengharapan yang tanpa akhir bagi kita.
c)
Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Warna ungu melambangkan
tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung, persiapan dan kurban; warna ini
juga dipakai pada masa Prapaskah, tidak hanya untuk warna lilin, tetapi
juga pakaian liturgi lain. Warna merah muda melambangkan
hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu
Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah
mendekati akhir. Selain itu warna merah juga merupakan
tanda cinta kasih.
d)
Lilin juga sebagai simbol
terang. Terang itu sendiri melambangkan
Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap
kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan
lilin (setiap minggu satu lilin) menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita
untuk berjumpa dengan Kristus. Persiapan, kerinduan dan harapan kita tidak
terjadi serta merta, tetapi tahap demi tahap. Kerinduan
kita yang semakin besar akan Yesus yang datang sebagai Terang Dunia,
dilambangkan dengan menyalakan lilin satu demi satu. Penyalaan lilin secara
bertahap ini rupanya juga dipengaruhi oleh tradisi Yahudi,
khususnya pentahbisan Bait Allah (Hanukkah). Pesta
Hanukkah dirayakan selama delapan hari. Delapan lilin dinyalakan satu per satu
setiap hari hingga genap delapan lilin pada hari ke delapan. Jumlah lilin ada 4
batang mengungkapkan lama masa adven berlangsung, yakni 4 minggu .
e)
Selain Korona Adven, Gereja Katolik
juga tidak mengumandangkan madah kemuliaan atau Gloria;
madah yang berkaitan dengan nyanyian para malaikat saat kelahiran Yesus, “Kemuliaan
bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2, 14). Madah ini akan
dikidungkan pada saat Natal. Maka juga tidak tepat kalau
umat Katolik merayakan Natal pada masa adven.
Mari kita memasuki masa Adven dengan
penuh kerinduan akan pertobatan hati dan budi. Sehingga kita semakin layak
menyambut Sang Bayi Yesus di Palungan. Tuhan memberkati…
(Sumber Gambar: kitakatolik.com)
